Minggu, 28 November 2010

Obama dan Perekonomian Indonesia

Obama dan Perekonomian Indonesia

 

Kamis, 25 November 2010 10:56 WIB

Kedatangan Obama ke Indonesia membuka harapan baru akan meningkatnya investasi dan perdagangan Amerika di Indonesia. Sebelum Obama datang ke Indonesia, Pemerintah Amerika Serikat telah memutuskan untuk mengeluarkan dana stimulus dengan membeli kembali obligasi Pemerintah Amerika Serikat sebesar US$ 600 miliar. Stimulus ini diharapkan dapat meningkatkan dana yang beredar di pasar, mendorong perekonomian Amerika Serikat, membuka lapangan pekerjaan dan menyerap pengangguran yang saat ini masih berkisar di 10 persen. Pertanyaan untuk kita semua adalah bagaimana keputusan ini dapat memberikan kontribusi bagi Indonesia dan bagaimana strategi perekonomian Amerika Serikat ini mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Sesuai laporan BKPM, investasi AS di Indonesia sampai kuartal dua 2010 adalah sebesar USD 736,9 juta. Jumlah ini hanya menempati posisi tiga dan pada kuartal tiga 2010 posisinya semakin menurun lagi. Jika kita memperhatikan aksi pembelian kembali obligasi Pemerintah Amerika Serikat, maka dalam beberapa minggu ke depan sektor keuangan akan menerima tambahan dana dalam jumlah yang besar. Dana ini yang kemungkinan akan masuk ke negara-negara berkembang melalui pasar saham dan berbagai proyek investasi dengan yield yang menguntungkan bagi investor Amerika Serikat. Berdasarkan argumentasi ini maka jumlah investasi yang dari Amerika Serikat diharapkan dapat meningkat, terutama untuk beberapa sektor seperti industri alat berat, pertambangan dan minyak bumi yang selama ini merupakan sektor yang diminati oleh investor Amerika Serikat.

Potensi lainnya yang dapat kita prediksi akan terjadi beberapa minggu ke depan adalah masuknya arus dana dari institusi keuangan Amerika Serikat ke dalam pasar saham, pasar uang dan komoditas negara-negara berkembang, terutama di Indonesia. Laporan analis keuangan dunia memberikan rekomendasi yang positif bagi pasar saham di beberapa negara berkembang, seperti CIVETS (Colombia, Indonesia, Vietnam, Egypt, Turkey, South Africa). 

Para analis memberikan rekomendasi bagi Indonesia sebagai tempat yang menarik untuk investasi, karena tingkat pertumbuhannya yang tinggi, yaitu sekitar 6,2 persen sampai 6,4 persen pada tahun 2011. Jumlah penduduk sebagai pasar yang sangat besar, yaitu 230 juta orang. Stabilitas politik dan sumber daya alam yang sangat beragam. Khusus untuk sumber daya alam seperti minyak, gas, batu bara, tembaga, nikel, perak dan emas merupakan komoditas yang menarik dan mengalami rally beberapa hari setelah keputusan stimulus Amerika Serikat dikeluarkan pada awal Nopember 2010. Selain itu SBI dan SUN kita tetap menjadi pilihan investor asing karena tingginya yield yang ditawarkan dibandingkan negara-negara lain.

Potensi di atas juga mempunyai tantangan yang perlu diperhatikan oleh Indonesia, tantangan ini adalah potensi external shock karena sentimen negatif dari krisis utang luar negeri yang masih mengancam Irlandia dan beberapa negara Eropa. Kekhawatiran krisis ini dapat memicu terjadinya arus modal keluar dari Indonesia dengan tiba-tiba dan membuat sektor keuangan kita kolaps. Untuk mengantisipai ini, pemerintah telah membuat kebijakan yang perlu kita apresiasi. Pemerintah telah menerapkan holding period untuk SBI yang mencapai satu bulan, sehingga dana asing ini dapat bertahan dan tidak serta merta langsung keluar dan menimbulkan shock bagi sektor keuangan kita.  

Tantangan lain yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana mendorong dana asing ini masuk ke dalam berbagai proyek infrastruktur dan energi yang dibutuhkan untuk mendorong akselerasi perekonomian Indonesia. Pembangunan berbagai jalan tol, jembatan, pelabuhan, pembangkit listrik membutuhkan biaya yang sangat besar, sehingga tidak dapat sepenuhnya dibiayai dalam APBN. Di sisi lain, dengan masuknya dana asing ke dalam SBI dan SUN serta pasar saham, maka sebenarnya ada potensi dana yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan berbagai proyek tersebut. 

Tantangan bagi kita untuk dapat membuat suatu penawaran yang menarik bagi investor, sehingga dana ini dapat masuk ke dalam proyek jangka panjang, salah satu alternatif yang dapat menjadi pilihan adalah dengan obligasi infrastruktur, atau seperti yang sekarang sedang dilakukan oleh pemerintah dengan mendorong berbagai perusahaan untuk IPO dan menjaring dana dari publik untuk pembiayaan ekspansi perusahaannya.

Sebagai penutup, geliat perekonomian Amerika Serikat dengan stimulusnya akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Pengaruh paling cepat sudah dialami oleh pasar saham beberapa hari setelah keputusan ini dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat, selanjutnya dalam beberapa minggu ke depan kita perlu mempersiapakan bagaimana arus dana asing ini dapat menjadi lebih produktif dan mendorong perekonomiann Indonesia. Hal yang dilakukan oleh Amerika Serikat adalah upaya untuk mendorong perekonomian riilnya dan memberikan kontribusi positif bagi penciptaan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran. 

Hal yang sama juga menjadi perhatian Indonesia, dana yang masuk ini mudah-mudahan dapat mendukung pembangunan yang berkualitas. Pembangunan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan pendapatan bagi masyarakat Indonesia, dan dapat mengakomodasi pertumbuhan ekonomi serta pemerataan ekonomi di daerah. Hanya dengan alokasi dan upaya untuk mendorong dana investasi asing ini masuk ke dalam proyek-proyek infrastruktur, maka pembangunan berkualitas dapat kita capai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Membalik Pandangan

Dilaksanakannya suatu kerjasama internasional bermaksud untuk memperbaiki tatanan suatu negara di bidang yang perlu direhabilitasi. Suatu kerjasama internasional haruslah menciptakan stabilitas politik antar kedua negara. Semakin kerjasama itu dilaksanakan dengan baik maka stabilitas politik akan semakin terealisasi.
Indonesia dan Amerika dalam hal ini mencoba membangun kembali romantisme windu lalu antar kedua negara. Akan tetapi hubungan-hubungan yang diciptakan selalu saja tidak pernah berpihak dan menguntungkan Indonesia sehingga stabilitas politik yang diinginkan tak pernah terjadi. Dapat dikatakan bahwa pada saat pemerintahan Amerika dipegang oleh presiden sebelum Obama tak pernah memberikan nafas segar bagi rakyat Indonesia.
Disamping itu, ketidakpercayaan juga diperlihatkan oleh beberapa negara di dunia yang merasa dirugikan oleh adanya Amerika. Melihat agresi-agresi militer Amerika yang membabi-buta terhadap negara-negara timur tengah seperti Afghanistan. Hal ini memeperumit kepercayaan rakyat Indonesia, khususnya, dalam membangun kembali kerjasama tersebut.
Namun, saat ini Obama ingin merubah pandangan dunia bahwa Amerika sekarang ini tak se-sadis dulu. Obama ingin menyihir Amerika menjadi negara romantis, tidak menjajah, dan berprilaku santun terhadap negara lain. Tak ada lagi agresi, katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar